Mau Tambah Penghasilan? atau Mau Youtube Cepat Monev?

Jasaview.id

Selasa, 09 Februari 2016

Pidato Tema Budaya Banten



TEMA: BUDAYA BANTEN
Assalamu’alaikum wr. wb.
Yang terhormat Bapak dan Ibu Dewan Juri,
Yang terhormat Bapak dan Ibu Guru Pembimbing dan Pendamping
Dan Teman-teman yang saya cintai
Puji syukur marilah kita panjatkan ke hadirat Allah SWT. Sholawat beserta salam marilah kita sanjungkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad saw.
Provinsi Banten merupakan salah satu Provinsi termuda di Indonesia dengan pusat pemerintaah di Kota Serang. Provinsi Banten berdiri pada tahun 2000 dengan keputusan Undang Undang Nomor 23 Tahun 2000. Provinsi yang dijuluki sebagai Serambi Madinah ini memiliki berbagai kesenian dan budaya seperti Pencak silat, Debus, Rudad, Umbruk, Tari Saman, Tari Topeng, Tari Cokek, Dog-dog, Palingtung, dan Lojor.
Mengenal khasanah kebudayaan Banten salah satu provinsi yang ada di Pulau Jawa, Indonesia. Provinsi Banten dulunya adalah bagian dari daerah Provinsi Jawa Barat.
Hampir sebagian besar masyarakat penduduk Banten memeluk agama Islam dengan semangat religius yang tinggi. Salah satu ciri khas dari budaya masyarakat yang ada Banten adalah seni bela diri Pencak silat, serta Debus yang sudah sangat terkenal sebagai salah satu sni tradisional milik Banten. Banten juga memiliki seni Rudad, Umbruk, Tari Saman, Tari Topeng, Tari Cokek, Dog-dog, Palingtung, dan Lojor.
Adalah suku Baduy yang merupakan suku asli penduduk Banten. Suku Baduy ini masih terjaga keasliannya dan masih menjaga tradisi anti modernisasi. Mereka masih menggunakan cara tradisional dalam kehidupannya baik cara berpakaian maupun pola hidup lainnya. Suku Baduy terdapat di daerah kawasan Cagar Budaya Pegunungan Kendeng seluas 5.101,85 hektare di daerah Kanekes, Kecamatan Leuwidamar, Kabupaten Lebak.
Dalam hal bahasa masyarakat asli Banten berbicara dengan menggunakan dialek yang merupakan turunan dari bahasa Sunda Kuno. Adapaun pembagian dialek tersebut dikelompokkan sebagai bahasa kasar dalam bahasa Sunda modern. Dan ini masih dibagi menjadi beberapa tingkatan dari tingkat halus sampai tingkat kasar (informal).
Banten memiliki Rumah adat yaitu rumah panggung yang atapnya di buat dari daun dan lantainya dibuat dari pelupuh yaitu semacam tumbuhan bambu yang dibelah-belah. Sedangkan untuk dindingnya terbuat dari bilik (gedek). Sebagai bahan penyangga rumah panggung adalah terbuat dari batu yang sudah dibuat sedemikian rupa sampai menjadi berbentuk balok yang ujungnya makin mengecil seperti batu yang digunakan untuk alas menumbuk beras. Rumah adat Banten ini masih dapat di jumapai di daerah yang dihuni oleh orang Kanekes atau disebut juga orang Baduy.
Kesenian debus tumbuh dan berkembang sejak ratusan tahun yang lalu, bersamaan dengan berkembangnya agama Islam di Banten. Pada awalnya kesenian ini mempunyai fungsi sebagai penyebaran agama, namun pada masa penjajahan belanda dan pada saat pemerintahan Sultan Agung Tirtayasa.
Seni beladiri debus digunakan untuk membangkitkan semangat pejuang dan rakyat banten melawan penjajahan yang dilakukan belanda. Karena pada saat itu kekuatan sangat tidak berimbang, belanda yang mempunyai senjata yang sangat lengkap dan canggih. Terus mendesak pejuang dan rakyat banten, satu satunya senjata yang mereka punya tidak lain adalah warisan leluhur yaitu seni beladiri debus, dan mereka melakukan perlawanan secara gerilya.
Debus dalam bahasa Arab yang berarti senjata tajam yang terbuat dari besi, mempunyai ujung yang runcing dan berbentuk sedikit bundar. Dengan alat inilah para pemain debus dilukai, dan biasanya tidak dapat ditembus walaupun debus itu dipukul berkali kali oleh orang lain.
Debus mempunyai hubungan dengan tarekat di dalam ajaran Isla, yang intinya sangat kental dengan filosofi keagamaan, mereka dalam kondisi yang sangat gembira karena bertatap muka dengan tuhannya. Mereka menghantamkan benda tajam ketubuh mereka, tiada daya upaya melainkan karena Allah semata. Kalau Allah tidak mengijinkan golok, parang maupun peluru melukai mereka. Dan mereka tidak akan terluka.
Pada saat ini sangat disayangkan, keberadaan debus makin lama kian berkurang, dikarenakan para pemuda lebih suka mencari mata pencaharian yang lain. Dan karena memang atraksi ini juga cukup berbahaya untuk dilakukan, karena tidak jarang banyak pemain debus yang celaka karena kurang latihan maupun ada yang “jahil” dengan pertunjukan yang mereka lakukan.
Sehingga semakin lama warisan budaya ini semakin punah. Dahulu kita bisa menyaksikan atraksi debus ini dibanyak wilayah banten, tapi sekarang atraksi debus hanya ada pada saat event-event tertentu. Jadi tidak setiap hari kita dapat melihat atraksi ini. Warisan budaya, yang makin lama makin tergerus oleh perubahan jaman.
Oleh karena itu, marilah kita selamatkan budaya Banten yang semakin lama semakin hilang karena tergerus oleh jaman.
Demikianlah pidato singkat yang dapat saya sampaikan, mohon maaf bila ada kekurangan. Billahi taufiq walhidayah wassalamu’alaikum wr. wb.
Disusun Oleh Muslihin, S. Pd. I. MM.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar